#WaktunyaCekidot

5 Fakta Buruknya Air di Indonesia

Unicef Written By UNICEF

Setiap Love, Share, dan Donation sangat berarti untuk setiap anak Indonesia

Tanah air, demikian Indonesia kerap disebut untuk menggambarkan negara kepulauan dengan sumber air yang berlimpah. Ironisnya, kualitas dan kuantitas air di Indonesia masih belum mendekati kategori layak. 

Indeks World Economic Forum (WEF) Travel and Tourism Competitiveness Report 2019 menemoatkan Indonesia di peringkat 102 dari 130 negara dalam kategori kesehatan dan kebersihan. 

5 Fakta Buruknya Air di Indonesia

Sementara Environmental Performance Index dari Universitas Yale, AS, mendudukkan Indonesia pada  peringkat 132 dari 184 negara dalam kategori air dan sanitasi. 

Berbagai permasalahan terkait air dihadapi jutaan warga, diantaranya: 

  1. Banyak warga belum punya akses air yang aman
    Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)  oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada 2019 ada 26,35 persen rumah tangga yang tidak memiliki akses air minum layak atau sumber air minum yang berasal dari perpipaan, kran umum, sumur bor/pompa, mata air terlindung, air kemasan, air yang dijual eceran atau keliling, dan air hujan. 

    Di DKI Jakarta data tahun 2018 menunjukkan masih ada 40 persen warga yang belum memiliki akses terhadap sumber air minum. Dari sisi kualitas, hasil survey kualitas air minum yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2021 menyatakan bahwa hanya 17% rumah tangga di Indonesia yang mendapatkan akses air yang aman. Dan, 1 dari 5 rumah tangga menggunakan air minum yang terkontaminasi tinja, dengan terindikasi adanya konsentrasi bakteri E.Coli di air minum yang digunakan.

  2. Sumber air tercemar
    Warga yang memiliki akses air minum juga menghadapi risiko air sungai yang tercemar. Data World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia pada 2019 menunjukkan, 82 persen dari 550 sungai yang tersebar di seluruh Indonesia kondisinya tercemar dan kritis. 

    Di Pulau Jawa, misalnya, dua sungai sumber air minum terbesar, yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Citarum, adalah sungai yang paling tercemar di Indonesia. Sumber pencemaran utama yakni limbah domestik atau limbah rumah tangga mulai dari tinja, air bekas mencuci, sampah plastik, dan lainnya.

  3. Ancaman kekeringan
    Pada musim kemarau 2019, 92 persen wilayah Indonesia mengalami kekeringan di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.  Kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan kelangkaan air di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara akan meluas dari 6 persen pada 2000  menjadi 9,6 persen pada 2024 akibat perubahan iklim.

  4. Air hujan tak terserap tanah
    Siapa di antara kita yang air di rumahnya bersumber dari sumur bor atau sumur pompa? Sebagian rumah di Indonesia menggunakan air tanah.  Bahkan di DKI Jakarta, ada ribuan gedung perkantoran dan komersial dengan penggunaan air yang masifmenyedot air dari tanah.

    Sayangnya, air yang turun dari hujan lebih banyak tak terserap ke tanah. Betonisasi dan pembangunan membuat air langsung dialirkan ke sungai lalu ke laut. 

    Kesadaran untuk membuat sumur resapan atau biopori masih rendah. Padahal, keberadaan biopori merupakan rekayasa teknik sederhana untuk membantu menampung air hujan sehingga lebih mudah terserap kedalam tanah sehingga air tanah akan selalu ada meskipun saat musim kemarau.

  5. Rawan banjir
    Meski rentan terancam kekeringan saat kemarau, kita juga rawan mengalami banjir pada musim hujan. Intensitas hujan yang tinggi, ditambah penyerapan air ke tanah yang rendah dan drainase yang buruk, membuat sebagian wilayah di Indonesia menjadi langganan banjir.

    Di masa depan, banjir diyakini akan semakin sering dan semakin parah karena kenaikan air laut yang tidak terkendali. Jakarta bahkan diprediksi bisa tenggelam pada  2050. Di tengah krisis air bersih, banjir adalah sebuah ironi.

    Kondisi air dan pengelolaannya adalah tanggung jawab kita bersama.  Mari kita mulai dari rumah sendiri. Kelola limbah dengan baik mulai dari sampah sehari-hari hingga memastikan rumah kita memiliki tangki septik yang layak dan aman untuk penampungan tinja. 

    Rawat air, rawat kehidupan.

Artikel Lainnya

<a href=Ingat 5 Kebiasaan Baik Saat Menggunakan Toilet">

Ingat 5 Kebiasaan Baik Saat Menggunakan Toilet

<a href=Cara Mudah Cegah Saluran Pembuangan Mampet dan Berbau">

Cara Mudah Cegah Saluran Pembuangan Mampet dan Berbau

<a href=Konsumsi Air Tanah Aman Bebas Bakteri dengan Septic Tank Sesuai Standar">

Konsumsi Air Tanah Aman Bebas Bakteri dengan Septic Tank Sesuai Standar

<a href=Cegah Diare, Selamatkan Anak-Anak dengan Sanitasi Baik">

Cegah Diare, Selamatkan Anak-Anak dengan Sanitasi Baik

#WaktunyaCekidot untuk bebaskan anak dari ancaman diare di wilayah Indonesia