#WaktunyaCekidot

Kebiasaan Sehari-hari yang Dapat Mencemari Air

Unicef Written By UNICEF

Setiap Love, Share, dan Donation sangat berarti untuk setiap anak Indonesia

Pencemaran air adalah salah satu masalah besar. Pencemaran air terjadi di mana-mana. Jika Anda mengira pencemaran hanya dilakukan oleh pabrik-pabrik dan perusahaan besar, Anda salah. Pencemaran yang paling umum justru dilakukan oleh kita sendiri, warga biasa, rumah tangga khususnya di kota-kota besar. Banyak kebiasaan kita yang sebenarnya dapat mencemari sumber air. Sayangnya, kita tak menyadarinya. Dilansir dari berbagai sumber, berikut kebiasaan yang tak disadari mencemari air.

Menggunakan Septic Tank Sesuai Standard yang Disedot Secara Teratur 

Hampir setiap orang memahami pentingnya memiliki toilet yang bersih dan terhubung dengan penampungan limbah kakus (yang sering disebut septic tank) di rumah. Hanya saja, apakah dapat dipastikan septic tank kita telah sesuai dengan standard? Memiliki septic tank yang sesuai standard, yaitu yang kedap air, memiliki lubang udara, memiliki akses untuk penyedotan dan terhubung dengan lahan resapan, sangat penting untuk mencegah tercemarnya tanah maupun air di sekitar rumah oleh limbah kakus (tinja).

Selain itu, penyedotan lumpur tinja yang dilakukan oleh petugas perlu dilakukan secara rutin, minimal sekali selama 3-5 tahun untuk memastikan septic tank dapat berfungsi dengan baik dan mencegah terjadinya masalah lain, seperti toilet mampet dan lain sebagainya. 
 

Terlalu banyak menggunakan plastik

Belanja menjadi kebutuhan setiap orang. Sayangnya, kebiasaan kita dalam belanja masih berpotensi mencemari air. Kantong yang paling umum digunakan ketika berbelanja adalah kantong plastik. Meskipun beberapa daerah di Indonesia sudah melarang penggunaan kantong plastik, ini belum cukup. Pembatasan baru berlaku di pusat perbelanjaan seperti pasar dan supermarket. Itu pun baru sebatas kantongnya.

Bagaimana dengan produk yang kita beli? Kantong snack, botol-botol, hingga pembungkus sayur dan buah tetap menggunakan plastik. Belum lagi ketika kita jajan membeli makan, pembungkusnya masih menggunakan plastik.

Menurut laporan PBB, sejak plastik masif digunakan enam dekade terakhir, hanya sembilan persen yang didaur ulang. Sisanya berakhir di tempat pembuangan sampah, sungai, dan lautan. Plastik yang mencemari lingkungan itu ternyata sampai ke makanan dan minuman kita. Pada 2017, penelitian yang dilakukan Orb Media mengungkap sebagian besar air ledeng dan air tanah di dunia mengandung mikroplastik. Dari 21 sampel air yang diambil di Jakarta, sebanyak 76 persen mengandung mikroplastik.

Penggunaan produk yang mengandung pestisida

Penggunaan sabun sudah menjadi kebiasaan sehari-sehari, bisa untuk kebutuhan mencuci tubuh, maupun peralatan rumah tangga. Sayangnya, banyak produk-produk pembersih mengandung bahan yang dapat merusak lingkungan. 

Seperti Microbeads contohnya. Microbeads juga popular dengan nama Polyethylene (PE), Polypropylene (PP), Polyethylene Terephthalate (PET), Polymethyl Methacrylate (PMMA), dan Nylon. Microbeads membahayakan karena akan berakhir di lautan lalu menjadi santapan ikan dan hewan laut. Penggunaan microbeads mengancam kehidupan biota laut.

Stop gunakan produk yang mengandung microbeads. Beralihlah ke produk dengan label atau sertifikasi organik. Produk organik menggunakan bahan-bahan alami tanpa pestisida dan bahan-bahan kimia yang merusak lingkungan.

Dengan menggunakan produk organik, Anda membantu menyelamatkan lingkungan dengan mengurangi penggunaan bahan kimia yang membahayakan lingkungan.

Penggunaan detergen

Mencuci baju dapat merusak lingkungan karena deterjen yang digunakan. Sebagian besar deterjen yang beredar di pasaran, mengandung bahan yang sebenarnya berbahaya bagi lingkungan.

Di antaranya bahan-bahan surfaktan (ABS) yang sulit terurai di alam dan dapat meracuni ikan. Kemudian bahan aditif atau tambahan seperti borax, sodium chloride, dan puluhan unsur lainnya.

Air sisa deterjen ini mengalir dari rumah kita ke saluran pembuangan, lalu ke sungai, tanpa dikelola terlebih dahulu. Ingat dengan fenomena kali berbusa di Kemayoran saat Asian Games 2018 lalu? Meski dianggap indah seperti salju, air di sungai itu sesungguhnya sangat beracun. Air limbah mencuci atau grey water harusnya dikelola sebelum dibuang ke sungai. Buruknya saluran air di banyak lingkungan perkotaan menyebabkan air tidak mengalir dan menjadi sumber penyakit yang berbahaya karena dapat jadi media penyebaran berbagai penyakit.

Oleh karenanya, carilah produk yang paling ramah lingkungan. Bila memungkinkan, gunakan bahan yang tidak terlalu berbahaya seperti baking soda, cuka, lemon, dan lerak.

Membuang limbah berbahaya sembarangan

Sebagian besar dari kita mungkin tak sadar limbah yang kita buang berbahaya. Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) contohnya bekas pengharum ruangan, pemutih pakaian, deterjen pakaian, pembersih kamar mandi, pembersih kaca/jendela, pembersih lantai, pengkilap kayu, pembersih oven, pembasmi serangga, oli, lem perekat, hair spray, dan batu baterai.Limbah B3 harus dibuang ke tempat sampah dengan pembungkus atau tempat khusus.

Jika dibuang ke tanah, racun dari limbah B3 bisa mencemari air yang ada di bawah tanah. Ini tentunya berbahaya bagi kita yang menggunakan air tanah. 

Membiarkan kotoran hewan

Kotoran hewan juga bisa mencemari air lewat tanah. Jika Anda memiliki hewan peliharaan atau ada hewan yang tinggal di sekitar rumah, pastikan tinjanya tidak dibiarkan begitu saja.

Tinja akan terserap oleh tanah dan mencemari air tanah. Ini penting bagi Anda yang pasokan air bersihnya bersumber dari air tanah atau pompa.

Artikel Lainnya

<a href=5 Fakta Buruknya Air di Indonesia">

5 Fakta Buruknya Air di Indonesia

<a href=Ingat 5 Kebiasaan Baik Saat Menggunakan Toilet">

Ingat 5 Kebiasaan Baik Saat Menggunakan Toilet

<a href=Cara Mudah Cegah Saluran Pembuangan Mampet dan Berbau">

Cara Mudah Cegah Saluran Pembuangan Mampet dan Berbau

<a href=Konsumsi Air Tanah Aman Bebas Bakteri dengan Septic Tank Sesuai Standar">

Konsumsi Air Tanah Aman Bebas Bakteri dengan Septic Tank Sesuai Standar

#WaktunyaCekidot untuk bebaskan anak dari ancaman diare di wilayah Indonesia