#WaktunyaCekidot

Masalah Toilet, Masalah Negara

Unicef Written By UNICEF

Setiap Love, Share, dan Donation sangat berarti untuk setiap anak Indonesia

Meski saat ini kita telah berada di dalam tatanan dunia modern pada abad ke-21, praktik buang air besar sembarangan (BABS) masih terjadi di berbagai belahan dunia. Padahal kebiasaan ini dapat mencemari air, tanah, hingga bahan makanan yang di kemudian hari dapat menimbulkan ragam penyakit, seperti diare dan kolera. 

Fakta tersebut mendorong beberapa negara menempuh upaya serius dalam membenahi sarana sanitasi, khususnya fasilitas BAB. India dan China merupakan dua negara yang paling giat dalam urusan sanitasi. Menyadari tantangan padatnya penduduk dan rendahnya kesadaran akan sanitasi yang mereka hadapi, India dan China menggarap proyek pembenahan besar-besaran yang dijuluki “revolusi toilet” yang sangat krusial dalam meningkatkan kesehatan masyarakat di kedua negara tersebut. 

Mari menelusuri keberhasilan proyek “revolusi toilet” di India dan China.

India

WHO mencatat, praktik BABS masih dilakukan oleh 626 juta warga India pada 2012. Lalu 2 tahun kemudian, “revolusi toilet” dicanangkan sebagai bagian dari Gerakan/Misi India Bersih. Gerakan ini tak hanya menyangkut pembangunan infrastruktur saja, namun juga permasalahan kultural masyarakat. 

Oleh karena itu, gerakan ini juga melakukan pendekatan sosial-budaya agar “revolusi toilet” ini dapat berlangsung dengan sukses. Pada periode pertama, dilakukan pembangunan sekitar 100 juta toilet di pedesaan, baik toilet di setiap rumah maupun toilet umum, guna menekan praktik BABS.

Untuk strategi budaya, gerakan ini turut melibatkan pemuka agama, atlet, hingga selebritas Bollywood. Nama-nama kondang di industri hiburan seperti Priyanka Chopra, Akshay Kumar, atau Amitabh Bachchan diminta menjadi brand ambassador gerakan ini. Bahkan, Bollywood sampai menayangkan film drama komedi romantis bertajuk Toilet, A Love Story (2017) untuk mendukung kampanye pemerintah untuk memperbaiki kondisi sanitasi di India. Selain itu, beberapa bagian di India seperti kota Haryana, menggalakan kampanye ‘No Toilet, No Bride’ yang mengharuskan lelaki untuk menyediakan fasilitas toilet sebagai salah satu syarat untuk menikah. Kampanye ini berhasil meningkatkan jumlah toilet di area tersebut sekitar 21%. 

Revolusi ini berdampak signifikan. Pada Januari 2020, pemerintah India mengklaim lebih dari 603.175 desa telah terbebas dari perilaku BABS. 

China

Saat “revolusi toilet” dirintis, tujuan utama Xi Jinping kala itu adalah mengoptimalkan sektor pariwisata di China. Hal ini disebabkan karena selama ini reputasi pariwisata China tercoreng di mata turis karena buruknya kondisi toilet umum di sana. Tak sedikit turis yang mengeluhkan fasilitas sanitasi di China yang menurut mereka mengerikan. 

Maka, pada tahap pertama “revolusi toilet” sepanjang tahun 2015-2017, mayoritas toilet yang dibangun dan direhabilitasi China merupakan toilet umum. Jumlahnya mencapai 68.000 toilet. Terbukti, melalui perkembangan tersebut pendapatan hasil industri pariwisata China berhasil terdongkrak sekitar 14 persen menjadi 3,9 triliun Yuan pada 2016. 

Hal ini juga diharapkan mampu memperbaiki mutu kesehatan penduduk desa yang rata-rata masih BABS atau memakai jamban tradisional. China pun mencanangkan rencana pembangunan 47.000 toilet baru serta renovasi 17.000 toilet yang ditargetkan tercapai pada akhir 2020. 

Revolusi Toilet Mandiri

Peran toilet begitu krusial dan telah menjadi kebutuhan mendasar manusia. Kita pun dapat melakukan “revolusi toilet” kecil-kecilan di tempat tinggal sendiri. 

Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk merintis revolusi toilet mandiri:

1. Teratur membersihkan toilet dan kamar mandi

Kegiatan membersihkan toilet dan kamar mandi ini dapat disesuaikan dengan seberapa sering kita menggunakan toilet dalam sehari. Hal ini penting untuk mengendalikan jumlah bakteri yang ada.

2. Edukasi pentingnya sanitasi kepada seluruh anggota keluarga 

Yang bertanggung jawab terhadap kebersihan toilet dan kamar mandi di rumah bukan hanya salah satu orang saja, melainkan seluruh anggota keluarga. Sehingga penting untuk semua anggota keluarga mengetahui cara menjaga lingkungan rumah agar tetap bersih dan sehat.

3. Pastikan sistem sanitasi rumah sudah sempurna

Hal ini dapat dimulai dari memeriksa pembuangan limbah dan tinja agar sesuai standar. Apalagi jika kita memakai air tanah untuk kebutuhan air sehari-hari. Jika tangki septik tak memadai dan menyisakan celah, cemaran tinja dapat membuat air tanah terkontaminasi berbagai bakteri yang dapat menyebabkan penyakit diare hingga kolera.

 

Artikel Lainnya

<a href=Cara Mudah Cegah Saluran Pembuangan Mampet dan Berbau">

Cara Mudah Cegah Saluran Pembuangan Mampet dan Berbau

<a href=Cara Menjaga Kualitas Air di Lingkungan Rumah">

Cara Menjaga Kualitas Air di Lingkungan Rumah

<a href=Cegah Diare, Selamatkan Anak-Anak dengan Sanitasi Baik">

Cegah Diare, Selamatkan Anak-Anak dengan Sanitasi Baik

<a href=Cara Aman Menangani Tinja Anak ">

Cara Aman Menangani Tinja Anak

#WaktunyaCekidot untuk bebaskan anak dari ancaman diare di wilayah Indonesia